Risalah Cinta Ning Evi Ghozaly

NGE-HOST

0

Penulis: Ning Evi Ghozaly

Saya mengenal dunia pernge-host-an ketika kelas I MTsN, ya setingkat SMP. Guru Bahasa Arab saya, Bu Khodijah mengajak saya untuk mendampingi beliau mengisi pengajian di sebuah radio depan Splendid Malang. Saya lupa nama radionya. Hai warga Malang, ada yang masih ingat tah, rek?

Saya merasa aneh, sebab sebelum-sebelumnya, saya lebih sering mengisi acara dengan membaca puisi, pidato atau nara sumber ecek-ecek. Biasa bercerita, biasa nggedabrus sotoy lalu tiba-tiba harus menjadi yang bertanya dan menyimak.

Tapi lama-lama saya menikmati kok. Justru saya bisa belajar menjadi pendengar. Mewakili orang lain untuk menanyakan yang perlu. Jujur untuk menunjukkan sikap tidak tahu. Menyampaikan rasa ingin tahu tanpa kesan ndedes. Apa ya Bahasa Indonesianya ndedes?

::

Sekian lama berhenti. Kembali ngiter mendongeng. Sampai akhirnya entah bagaimana mengenal TV9 Nusantara. Awalnya ya menjadi nara sumber. Materi pendidikan atau parenting. Terima kasih pada Gus Hakim, direktur TV9 yang mengundang saya pertama. Lalu saya mendapat tantangan dari Mas Farid sang produser, untuk menjadi host Kiswah Interaktif Ahad sore. Maturnuwun nggih, Mas Farid.

Asyiknya, saya dibebaskan mencari nara sumber. Boleh menentukan tema, menyampaikan kisi pertanyaan sampai menyelipkan video penunjang.

::

Untuk acara Kiswah Interaktif TV9 Nusantara, sampai saat ini, semua nara sumber yang saya undang adalah sahabat atau guru saya. Sembilan puluh persen saya kenal dekat dalam waktu lama, hingga saya merasa tidak ragu untuk mengatakan, “Semua adalah inspirator terbaik di bidang masing-masing.”

Pengusaha, Ketua Yayasan, Wali Kota, Jurnalis, Bupati, Ibu Mentri, Penulis, Dokter, Kyai, Dosen dan beragam profesi lain. Sungguh, saya belajar banyak pada semua nara sumber. Semua.

Saya selalu terharu mendengar cerita perjuangan mereka. Saya bisa ndomblong menyimak kalimat bernas mereka. Meski bisa juga saya tertawa ngakak mendapati cerita konyol yang tak terduga. Pokok seru.

Eh tapi kadang nggak selalu mulus sih. Pernah saya ketakutan mendapati reaksi nara sumber karena ada kesalahan teknis yang membuat tayangan terpaksa tertunda. Pernah kerepotan mengarahkan pembicaraan agar tidak mblakrak. Pernah kringetan karena bingung mau motong cerita, sementara suami saya atau Mbak Farida sudah kasih kode cut. Pernah saya heng kehilangan konsentrasi, bengong, sampai nara sumber menyapa halus, “Hallo…Ning Evi bisa mendengar suara saya?”

Lalu saya gelagepan. Ih, jian ampun. Untungnya, selama pandemi siaran rekaman. Jadi yang nggak pantes bisa dipotong.

Ohya, sekarang produsernya Mbak Meirita. Sabar, telaten. Cara negurnya alus, tapi makjleb, “Posisi Ning Evi sampun pas jika nggak gerak-gerak lagi.”

Saya ngakak. Saya memang pecicilan. Terlalu cerdas kinestetik. Banyak biyaya’an. Geser kanan kiri. Menarik bros miring-miring, main tisue, ngelap muka pake ujung jilbab. Duh. Nggak sadar gitu itu. Spontan saja. Suer ✌️😅

::

Pandemi ini juga membuat saya punya pengalaman menjadi host acara Haul maupun Tahlil Akbar Nasional dan Internasional. Semua virtual. Sungguh, bahagia banget bisa mendapat amanah dari para Kyai, Bunyai, Gus dan para Ning. Saya niat ngalap barakah, semoga bisa gandolan kemuliaan beliau semua. Semoga saya diakui santri dan kelak di akhirat masuk dalam barisan beliau-beliau meski kancrit mbuncit.

Satu lagi, pada salah satu segmen, saya bisa mengucapkan terima kasih pada teman-teman yang telah mengirim kreasi atau produknya. Buku, masker, bros, kalender daaaaaan jilbab.

Seperti empat jilbab yang saya pake ini. Hadiah dari Ning Nisaul Kamilah , dibuat khusus dengan nama saya di dua ujungnya. Kereeen poll. Maturnuwun nggih, Ning.

Bahannya alus, kalau dipake langsung pleg, nempel. Jilbab pertama, saya kenakan pas wawancara Wali Kota Batu Malang, Ibu Dewanti Rumpoko. Jilbab kedua, saat tapping dengan Ning Nabila penulis buku Kisah Ulama Pendiri Bangsa. Jilbab ketiga, ketika saya membuka Gowes Bareng santri alumni dan masyarakat dalam rangkaian haul pendiri YPP Miftahul Ulum Banyuwangi. Sik, sik…itu saya kringetan lho, tapi jilbab tetap nyaman aja di kepala.

Keempat, jilbab itu saya kenakan saat rekaman dengan Ning Eny Retno, Penasehat DWP Kemenag RI. Si cinta-nya Gus Mentri Agama Republik Indonesia.

Mohon doa ya. Semoga hal kecil yang saya lakukan ini bermanfaat, mendapat ridla Allah dan barakah. Maturnuwun nggih untuk sedanten. Saya bukan siapa-siapa. Saya bukan apa-apa tanpa panjenengan semua 😅💖
.

  • Malang, 28 Januari 2021 –

*Dipaksa suami saya Ab M Haris Sukamto nulis status lagi hari ini. Katanya doi kangen cerita saya haha.

*Yang nanya jilbab bisa pesan kemana, semoga di komen dapat jawaban ya 🙂

FILOSOFI SEPASANG SANDAL

Previous article

MENJADI PEREMPUAN BERDAYA

Next article

You may also like

Comments

Comments are closed.