Risalah Cinta Ning Evi Ghozaly

ORANG BAIK ITU ISTIMEWA

0

Penulis: Ning Evi Ghozaly

Delapan hari pasca wafatnya Gus Hilman, saya sowan Bu Nyai Hasyim Muzadi. Beliau sedang istirahat. Saya ditemui Ning Alfi.

Memandang foto Gus Hilman yang dikelilingi bunga sedap malam, saya sedih luar biasa. Di antara putra putri Abah Yai Hasyim Muzadi, dengan Gus Hilman-lah yang saya tidak dekat. Tak pernah duduk bareng dan ngobrol santai sebagaimana dengan yang lain. Namun, entah mengapa, saya sangat segan pada beliau. Ketika berpapasan, saya memilih mlipir. Saat Ning Yuni berkisah tentang beliau, saya tak banyak bertanya.

Dan yang membuat saya sangat klakep, dua hari sebelum beliau mengalami kecelakaan, saya sempat berjam-jam menaiki mobil beliau. Iya, mobil itu dipinjamkan untuk mengantar saya pulang dan belanja, sementara pada saat yang sama beliau menjemput putranya dari sekolah dengan mengendarai motor 😢

::

Cerita Ning Alfi terhenti. Santri mengabarkan tamu datang. Kami berdiri menyambut. Ternyata yang hadir KH. Sholahuddin Wahid dan Bu Nyai Farida Sholahuddin Wahid. Tak lama kemudian Bu Nyai Hasyim Muzadi keluar menemui.

Saya mundur, ke ruangan belakang. Tapi, justru di sana saya mendengar lebih banyak lagi cerita tentang Gus Hilman. Kebaikan beliau, kalimat indah yang tertulis di medsosnya, kedekatan beliau dengan keluarga dan santri. Kesederhanaannya, rendah hatinya, kelucuannya. Semua. Semua hal tentang beliau membuat saya tercengang.

“Gus Hilman itu sangat ramah. Biasa main bola bareng santri”.

“Kalau kami salah, cara negur Gus Hilman tak membuat kami minder dan takut”.

“Gus Hilman itu tawadlu dan sangat nguwongne uwong”.

::

Duh. Mungkin benar, hanya orang istimewa yang setelah kematiannya justru kebaikannya nyaring kita dengar. Hanya orang istimewa yang perilaku baiknya selalu menjadi teladan walau setelah kematiannya. Hanya orang istimewa yang pesan indahnya selalu ingin kita wujudkan meski telah sekian tahun meninggalkan kita. Hanya orang istimewa yang terus kita ingat kebaikannya, bahkan mampu hadir dalam mimpi-mimpi kita.

Saya menulis ini sambil terus berdoa agar bisa kuat hadir di haul Abuya KH. Achmad Jazari Marzuqi. Guru mulia yang istimewa, pendiri dan pengasuh pertama YPP Miftahul Ulum Bengkak Wongsorejo Banyuwangi. Sosok yang belum pernah saya temui di dunia nyata, tapi kebaikannya bisa saya buktikan lewat peninggalannya yang sangat bermanfaat: pondok pesantren untuk santri putra dan putri, juga sekolah formal dan nonformal.

Mungkin karena saya selalu ziarah ke makam beliau saat sowan ke sana, saya jadi tiba-tiba pernah bertemu beliau dalam mimpi. Semoga dengan bakti saya (yang tak seberapa) membantu 12 lembaga dalam naungan YPP MU selama ini, saya lulus dianggap sebagai santri dan keluarga besar beliau yang sangat saya ta’dhimi.

::

Apakah hanya guru kyai atau orang yang memiliki hubungan keluarga saja yang mampu menjadi seistimewa itu? Tentu tidak.

Tiga tahun lalu saya bertemu seorang kakek yang selalu duduk di atas kardus depan sebuah toko textil di pasar Simpur. Sudah sangat sepuh, bungkuk, dan selalu menunduk. Tak pernah terucap kata meminta. Dan tiap usai mangkok kecilnya terisi uang receh, sang kakek selalu mengangkat tangan mendoakan pemberi sedekah.

Buat saya, kakek itu sangat istimewa, entah mengapa. Dan begitu untuk ketiga kalinya saya melewati jalan yang sama di akhir tahun lalu tapi tak saya temui kakek itu, saya merasa sangat kehilangan. Saya merindukan lantunan doanya, wajah teduhnya yang selalu tertunduk, tangan keriputnya yang gemetar tiap terangkat.

Ah, ternyata kita bisa ya merasakan kebaikan seseorang meski tak terlalu mengenalnya. Ternyata kita bisa ya merasakan ketulusan orang lain meski tak terucap. Ternyata kita juga bisa jatuh simpati pada sosok yang bahkan belum pernah kita temui tapi kerap kita dengar kebaikannya ya? Dan ternyata, saya juga bisa merindukan panjenengan semua saat lama tak saya baca status panjenengan lewat lini masa efbi ini, meski kita tak pernah bersua 😅

::

Jadi benar, siapa pun bisa menjadi istimewa bagi orang lain. Jika kita guru, kita bisa menjadi sosok istimewa di hati murid kita. Jika kita karyawan, kita bisa menjadi istimewa bagi atasan dan teman sekantor kita. Kita bisa menjadi sosok istimewa dalam hidup anak dan keluarga kita, tetangga kita, sahabat kita, atau siapa pun.

Dengan terus berusaha berbuat baik semampu kita, menjaga lisan serta tangan kita dari menyakiti liyan, melapangkan urusan orang lain, menolong sesama, menggembirakan teman, tidak menyulitkan orang lain, dan selalu menebar senyum. Sederhana kan? Tapi, pasti tak mudah diwujudkan ya, kecuali kita punya niat, tekad dan latihan terus menerus. Saya belum bisa melakukan itu, sungguh. Tapi, saya mau mencobanya bersama panjenengan. Yuk.

::

لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَىٰ وَزِيَادَةٌ ۖ وَلَا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلَا ذِلَّةٌ ۚ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.

[Yûnus/10:26]

  • Rajabasa, 24 Januari 2020 –

Keterangan foto: saya menyimak ngendikan Gus Sholahuddin Wachid.

PERCAYALAH, MENGABDI ITU INDAH

Previous article

MENGIKUTI KONFERENSI ANAK MUDA SE-INDONESIA

Next article

You may also like

Comments

Comments are closed.