
PERCAYALAH, MENGABDI ITU INDAH
Penulis: Ustd. Rosyidah, S.Pd.I*
Tepat pada hari Rabu tanggal 15 Januari 2020 Kepala Bidang Pendidikan dan Pengajaran (Kabid Dikjar) bersama Pengasuh Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Ulum (YPP MU), berkesempatan untuk berkunjung ke Madrasah Ibtidaiyah Darul Faizin (MI DF) dan Taman Kanak-kanak Miftahul Ulum (TK MU). Dua lembaga tersebut adalah Lembaga cabang YPP MU yang didirikan langsung oleh Pengasuh Pertama YPP MU, yakni Alm. Almaghfurlah KH. Ahmad Djazari Marzuqi. Lokasi kedua lembaga tersebut berada di pinggir pegunungan tepatnya di Dusun Karang Baru Desa Alasbuluh yang lebih dikenal dengan nama Pal Empak.
Seorang guru yang juga alumni sengaja diundang oleh Abuya Hayatul Ikhsan untuk turut hadir dalam pertemuan tersebut. Semua orang yang hadir saat itu termasuk penulis heran mengapa dia diundang? Dan ternyata dia juga bingung padahal dia sudah berhenti mengajar di MI DF. Seakan-akan mengerti akan kebingungan semua orang, tiba-tiba Abuya berdawuh, menjawab kebingungan semua orang dengan jawaban yang cukup unik. Namun, sangat bermakna. “Bekna rua oreng se pertama kali esabek kae (Kiai Djazari) e dinnak, deddi bekna mon ambue kodu seijinna kae (Kiai Djazari). Berhubung satia beliau la wafat ben tak mungkin bekna pamit ke alam barzah maka bekna koduh ngabdi saomorra” (Kamu itu adalah orang yang pertama kali ditempat tugaskan disini (MI DF) oleh Kiai (Pengasuh Pertama), jadi kalau kamu mau berhenti harus seijin Kiai. Berhubung kiai sudah wafat dan tidak mungkin kamu pamit ke alam barzah maka kamu harus mengabdi seumur hidupmu).
Dalam kesempatan tersebut beliau juga berpesan, hingga kini selalu terngiang di benak penulis (padahal beliau sering menyampaikan hal tersebut) entah mengapa kali ini ada kesan yang berbeda serasa sangat mendalam. “Tak usa kenek ate, fokus ngabdi, urusan rajekke Allah se ngatur, oreng se iman paste parcaje” (Tak usah berkecil hati, fokus mengabdi (di YPPMU), urusan rezeki Allah yang mengatur, orang yang beriman pasti percaya itu).
Ada banyak kisah para santri yang kini mengabdi di YPP MU, soal bagaimana kemudahan rezeki datang sebab mereka semua tak pernah berhitung kapan digaji dan berapa jumlah yang akan diterima. Beberapa tahun lalu masih terbayang di benak kita, para guru-guru tiga bahkan enam bulan baru menerima bisyaroh (gaji) yang jumlahnya jauh dari kata cukup menurut perhitungan manusia. Meski begitu tak pernah kita berani bertanya kapan di gaji? kenapa terlambat? dan berapa jumlahnya? karena sebelum kita bertanya Kiai Djazari selalu memberi motivasi “Pasabber” (Bersabarlah). Kata-kata ajaib, yang entah kenapa menjadi kekuatan bagi kita untuk ikhtiar dengan jalan lain. Beberapa profesi unik banyak dilakoni para guru dari berdagang, bertani, dan jualan rempeyek (itu saya). Dimana rempeyek itu selalu diborong oleh Abuya untuk tambahan konsumsi peserta rapat.
Sungguh, mengabdi itu indah jika dijalani dengan penuh cinta. Keindahan itu bertambah sebab ridlo orangtua dan guru adalah ridlo Allah muaranya.
Jika hari ini beliau-beliau mendapatkan hak lebih dari yang beliau harapkan pasti karena Allah. Kata-kata ajaib “Pasabber” dawuh Kiai Djazari dan “Fokus Ngabdi” dawuh Abuya Hayat, cukuplah sebagai pengingat setiap saat bahwa di tempat ini (YPP MU), bukan tempat kita mencari uang atau penghasilan karena jika itu niatnya, kita akan frustrasi bahkan mungkin depresi. Semoga Allah selalu menjaga hati kita untuk senantiasa berharap hanya kepada Allah semata.
Jujur, tulisan ini dibuat sembari terbayang penulis pernah tinggal ditempat yang bersebelahan dengan kandang ayam, atap dapur hanya separuh, dan kalau hujan pasti banjir serta tiga tahun berjalan kaki untuk mengabdi di YPP MU sembari menggandeng si sulung. Begitu punya motor ternyata tergolong motor istimewa yang lain sudah sampai, terkadang saya masih harus mendorongnya karena macet berulang kali, tapi lagi-lagi kata ajaib yang membuat saya tak pernah bersedih. Ditambah dawuh Ketua I YPP MU, “Jangan khawatir, tidak apa-apa motornya istimewa yang penting selalu disertai dengan penuh cinta,” ujar Abuya Fawaizul Umam kala itu.
Semoga kita senantiasa mendapat aliran doa dan barokah guru-guru kita. Aamiin.
*Penulis adalah Alumni YPP MU Tahun 1997 dan Kepala Raudlatul Athfal (RA) Khadijah 46