SELAT GIBRALTAR
2 mins read

SELAT GIBRALTAR

Penulis: Ning Evi Ghozaly

Kami meninggalkan hotel Andalusia pkl 05.00 waktu Maroko bagian Tangier yang sama dengan 11.00 waktu Indonesia bagian Rajabasa, Bandar Lampung. Masih kriyep-kriyep karena semalam susah tidur. Lha gimana, dari kamar hotel terdengar musik jedug-jedug trantang tuing berjam-jam. Entah tetangga sedang punya gawe apa 😅

Bismillah, kami mau nyebrang Selat Gibraltar. Selat yang membentang sepanjang 13 km, memisahkan Benua Afrika-Eropa dan menghubungkan Samudra Atlantik dan Laut Mediterania.

Dulu, saya pernah terndlongop-ndlongop mendengar penjelasan Pak Taufik guru SKI di MTSN I Malang tentang Selat Giblartar. Diambil dari nama Jabal Thariq, yang berarti Gunung Thariq. Nama ini merujuk ke Jendral Muslim Thariq bin Ziyad yang menaklukkan Spanyol pada tahun 711.

Saking kagumnya, saya sempat bercita-cita memberi nama Thariq bin Ziyad untuk salah satu anak saya kelak. Lha kok pas mondok, nama santri yang sama sangat buwanyak tho. Urung deh.

::

Tahun berapa lupa, saya pernah dapat undangan dari Kang Ari Ginanjar untuk mengikuti pelatihan ESQ di Menara 165. Gratis sak tiket, hotel dan sembarangnya. Pada salah satu sesi, Kang Ari bercerita pengalamannya melintasi batas air laut yang asin dan tawar di Selat Gibraltar ini. Ditandai sebagian airnya berwarna biru atau hijau terang, sementara lainnya berwarna biru gelap. Sambil ditunjukkan video kerennya dari atas kapal.

Makin-makinlah saya pengin. Baca fatihah dan sholawat, ya Allah mugi suatu saat bisa nyebrang Selat Gibraltar. Alhamdulillah, nyaris setiap tempat yang saya fatihah dan sholawat, tercapai. Biidznillah. Sayangnya saat itu lafal doa pake kata saya, bukan bersama keluarga 🙂

::

Alhamdulillah. Hari ini salah satu cita-cita saya tercapai. Matur nuwun, Gusti Allah. Meski penuh perjuangan sejak antri masuk kapal, yang bawa hape lebih dari satu ditanya petugas secara ndedes, sampe nggeret koper ke dalam kapal. Yang seru, untuk berdiri tegakpun agak susah karena kapal bergoyang dumbrang terus.

Untungnya pake jaket tebel, syal dan kaos tangan. Eh kalau ke sini jangan lupa bawa tumbler isi air anget juga ya. Trus botol isi ulang untuk bersuci dari hadas, dan bantalan kecil yang kalau diremet jadi berasa angeeet.

Panjenengan pernah naik kapal penyeberangan Selat Sunda dari Merak ke Bakauheni? Ombaknya gede kan? Nah ini sepuluh kali lipatnya. Banyak penumpang ya merasa mual hebat, jadi ada petugas keliling nawarin tas kresek. Saya sempat bandel berdiri pengin liat luar sambil trantanan, trus kebanting ke kursi sebelah bule. Alhamdulillah slamet.

::

Nggak kapok sih, malah pengin ke sini lagi. Semoga ada rizki bersama dan dikersakkan bareng suami dan anak-anak nggih ya Allah. Amin.

Eh ada satu rahasia ini, sampai sekarang saya masih kesulitan mengucapkan Gibraltar. Iya, kalau nemu dua konsonan dalam satu kata emang gitu, satu dikorbankan. Gibraltar jadi Gibaltar haha. Salam sayang untuk panjenengan semua ya.

  • Dari atas kapal Ferry Tarifa, 18.11.2023 –

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *