SENYUM SAPA
2 mins read

SENYUM SAPA

Penulis: Ning Evi Ghozaly

“Permisi. Tiket Mission Impossible dua ya. Mohon maaf Mbak, untuk yang jam tayang terdekat, masih ada kursi?” saya bertanya pada Mbak cantik.

“Ibuuu, apa kabar? Saya Naya. Beberapa kali kita ketemu, pas Ibu Bapak dan dua anak Ibu membeli baju-baju dan celana untuk foto keluarga beberapa bulan lalu. Pernah juga Ibu ngajak Ustadz-ustadz pondok milih baju seragam untuk studi banding…”

“Ohya ya. Saya ingat. Terima kasih ya.”

Dua tiket saya terima. Saya minggir. Setelah antrian kosong, saya mendekatinya lagi.

“Mbak Naya sehat ya? Makin cantik lho. Sejak kapan pindah ke mall ini, Mbak? Bagaimana kabar teman-teman.”

Kami bercerita sebentar. Dia membuka masker, cekrek foto buru-buru, kan jam kerja. Saya juga selak ditunggu dimsum Moresto haha.

“Ibu, terima kasih ya. Pertama ketemu Ibu, saya sangat berkesan. Tidak hanya memilih lalu membeli, tapi Ibu menyapa saya dan teman-teman. Menanyakan kabar, dan mendoakan kami sehat rizki banyak. Pertemuan kedua…”

Deg. Saya sudah lupa, tapi dia mengingatnya. Memang saya punya hobi kenalan dan ngobrol, tapi entah ya kok saya selalu merasa gimana gitu saat bertemu orang yang sedang bekerja. Apalagi yang kerjaannya jasa, melayani. Apalagi anak muda.

Ketika di rumah makan atau pas sarapan di hotel, otomatis saja saya nanya pada pramusaji, “Sehat Mas, Mbak? Sudah sarapan? Terima kasih ya.”

Pas nyoba sepatu (nyoba aja, belum tentu beli), “Seneng ya Mbak kerja di tempat ber-AC. Di luar panas haha. Terima kasih sudah diambilin contoh sepatu. Boleh ya jika nggak jadi beli nanti?”

::

Sepintas terkesan nganggur banget deh, nyapa kanan kiri. Tapi kan kan kan sepanjang tidak mengganggu pekerjaannya, kayaknya sapaan kita sangat berarti ya. Bayangkan lho saat anak muda lain bisa nongkrong bareng temannya, mereka harus melayani kita dan banyak orang. Pelanggan yang beragam, ada yang menyenangkan dan ada yang menyebalkan.

Tidak semua pramusaji pernah makan menu yang mereka hidangkan. Tidak semua karyawan pernah memiliki apa yang dia jualkan. Bisa jadi mereka punya banyak tanggungan. Mungkin mereka punya masalah di rumah dan lingkungan.

Mereka pasti lelah. Sapaan kita bisa membuatnya tersenyum. Mereka ditarget apa dan apa. Semoga senangnya membuat mereka semangat. Doa kita yang cuma sekalimat, siapa tahu diaminkan malaikat.

::

Eh beneran lho kebiasaan ini makin menjadi-jadi setelah anak saya merantau. Sambil mendoakan mereka, saya pun mendoakan anak-anak saya. Semoga kuliahnya lancar, dosennya baik semua. Semoga pekerjaannya lancar, dipertemukan dengan orang baik selalu. Semoga ngajarnya lancar, disukai mahasiswa dan ilmunya manfaat berkah. Lalu alfatihah, sholawat. Allahumma sholli alaa sayyidina Muhammad.

Saya cuma mau cerita aja, tapi kok rasanya saya jadi ngesok dan kemlinti gini. Mohon maaf, Bestie. Selamat pagi semua, semoga selalu sehat ya ❤️

  • MBK, 11.07.2023 –

📷 Foto mblawur karena terburu 😅

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *