
TERIMA KASIH INDONESIA
Penulis: Ning Evi Ghozaly
Dalam satu kesempatan Maulana Habib Luthfi bin Yahya bercerita,”Suatu hari pada 17 Agustus, saya melakukan perjalanan bersama Yai Yai Malik dan rombongan. Yai Malik adalah guru saya dalam Thariqah Naqsabandiyah. Perjalanan dari Purwokerto menuju Pekalongan disopiri oleh Pak Suyuti.”
Sampai tengah hutan lebat antara Bantarbolang dan Randudongkal, Yai Malik meminta Pak Sayuti berhenti. Mencari tempat teduh dan mengajak semua keluar. Pas pkl 09.45. Sesaat kemudian, Yai Malik mengajak kami duduk bersama, membacakan fatihah untuk Kanjeng Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, para sahabat, tabiin, lalu sampai menyebut nama Pangeran Diponegoro, Sentot Prawirodirjo, Kyai Mojo, Jendral Sudirman, dan para pahlawan kemerdekaan.
Tepat pkl 10.00 Yai Malik berdoa, “Allahumaghfirlahum warhamhum…”
Maulana Habib Luthfi sempat membatin apakah akan ada bahaya di tengah hutan hingga Yai mengajak berdoa dengan sangat khusyu. Beliau lalu bertanya, “Ada apa, Yai?”
Yai Malik balik bertanya, “Pada 17 Agustus 1945 Bapak Soekarno dan Bung Hatta membaca apa dulu?”
Proklamasi, Yai. Ya, kita berhenti sejenak untuk menghormati detik proklamasi. Kita bacakan fatihah dan berdoa untuk semua pahlawan.
Allah karim. Sudah sejauh itu penanaman rasa cinta tanah air yang dicontohkan para guru dan ulama kita. Sedalam itu rasa syukur pada Allah dan terima kasih pada pahlawan dilakukan para sesepuh.
Kita?
Semoga kita bisa menirunya. Tak harus berperang mengangkat senjata melawan penjajah. Dengan meneruskan perjuangan para sesepuh berbuat baik untuk diri sendiri dan sesama, itu sudah kereeen lho. Semampunya saja. Dengan bekerja dan melakukan peran apapun yang kita bisa. Dengan terus berdoa untuk kebaikan bangsa Indonesia.
::
Saya tidak bisa membayangkan kejadian di Kabul Afganistan beberapa hari lalu, Gaes. Atau perang saudara di negara lain. Semoga tidak pernah terjadi di negara kita. Ngendikan guru kyai, kedamaian di negara kita yang semoga baldatun thoyybatun wa rabbun ghofur ini, dapat kita jaga dengan terus merawat rasa cinta dan nasionalisme. Bersyukur dan berterima kasih bisa hidup tenang di tanah yang gemah ripah loh jinawi, dapat kita upayakan dengan menjaga kerukunan.
Bismillah. Terima kasih, Indonesia. Sekali merdeka tetap merdeka. Pkl 10.17 nanti, ayo membaca fatihah dan berdoa untuk para pahlawan kita.
Doa dari Abah Yai Mustofa Bisri (Gus Mus) hari ini akan saya tiru, “Ya Allah, ya Tuhan kami, merdekakanlah kami dari penjajahan s i a p a saja dan a p a saja –termasuk d i r i k a m i sendiri– kecuali ‘penjajahan’Mu.”
Dan, akan saya tambahkan doa khusus untuk Global Madani yang tepat berusia 11 tahun. Semoga berlimpah berkah dan makin bermanfaat luas untuk pendidikan.
- Indonesia Raya, 17 Agustus 2021 –